Selasa, 09 April 2013

Siapa kita


Di berbagai lembaga pendidikan manapun pasti terdapat Guru, Murid dan nilai Pendidikan. Namun bila kita cermati lebih jauh lagi ternyata ada satu unsur yang sangat mendominasi dan selalu jadi penekanan dalam prosesnya, yaitu Disiplin.
Sementara yang ada dan sangat kental di lingkungan pendidikan kita adalah dominasi pengajar yang selalu ingin anak didik binaannya manut, patuh dan taat akan instruksi pengajar. Namun terkadang banyak terlupakan oleh para pengajar bahwa anak didik binaannya adalah cikal bakal penerus dan tonggak keberhasilan profesinya. Banyak para pengajar yang ingin sekali melihat anak didiknya berhasil sesuai dengan harapan pengajar dan orang tuanya, namun pengajar dan orang tua banyak yang lupa bahwa karakter anak didik sangat rentan terhadap contoh dan teladan di banding pelajaran yang rutin setiap waktu dijejali ke dalam otaknya.
Coba kita bandingkan dan coba perhatikan berapa siswa yang dapat menggunakan berbagai sosmed setelah mendapatkan pelajaran TIK dan berapa siswa yang otodidak bisa melakukan semua kegiatan di sosmed hanya karena pergaulan (melihat dan mencoba) dan mencontoh teman-temannya.
Lalu coba kita perhatikan berapa siswa yang benar-benar pernah secara langsung di ajari mengendarai kendaraan baik motor atau mobil lalu mampu mengendarainya dengan mereka yang tidak pernah belajar secara langsung mengenai ikhwal mengendara, tapi pada akhirnya mereka yang tidak pernah di ajari mengendara bisa mengendarai kendaraan hanya karena mencontoh dan mengikuti orang sebelumnya.
Dari contoh tadi kita bisa memperhatikan juga beban dari siswa, tidak akan sama kemauan belajar mereka antara yang di ajari dengan yang mencontoh. Ibarat kewajiban dan kebutuhan semuanya perlu tapi beban yang berbeda, jika kewajiban dalam pelaksanaannya kadang jadi beban namun biasanya apabila kebutuhan akan ringan dirasakan dan takkan ada rasa terbebani, karena dalam memperjuangkan kebutuhan ada nilai kepuasan yang sangat dinanti.
Sekarang kita masuk pada masalah Pendidik atau Pengajar.
Disini saya coba membedakan antara Pendidik dan Pengajar karena menurut saya sangat berbeda dari tujuan dan beban moral antara Pendidik dan Pengajar. Menurut saya, arti dari Pendidik adalah pemberi pelajaran yang tidak terhenti hingga anak punya nilai akademik saja. Melainkan Pendidik melebihi dari itu semua dimana Pendidik adalah suri tauladan dan contoh yang dibutuhkan oleh anak didik.
Sementara Pengajar hanya sebatas pengguguran kewajiban atas beban kerja yang diberikan oleh lembaga tempatnya bekerja dan tolak ukurnya adalah nilai akademik. jadi Pengajar akan puas apabila anak didiknya bisa menjawab semua soal dan dengan nilai yang tinggi, Pengajar akan sangat memperhatikan anak didiknya dengan mata pelajaran yang dia ajarkan dan tidak terlalu peka pada mata pelajaran lain.
Tapi lain halnya dengan Pendidik, karena Pendidik akan sangat memperhatikan setiap perkembangan yang ada pada peserta didiknya baik itu dengan mata pelajaran yang dia di ajarkan atau bahkan mata pelajaran yang tidak dia ajarkan secara langsung.
Kita ambil contoh seorang Guru Matematika yang merasa sebagai pendidik akan selalau memperhatikan kemampuan anak didiknya dalam hal mata pelajaran Matematika tapi diluar itu dia juga akan peka dengan perkembangan pergaulan dan akhlak anak didiknya. Dia juga akan selalu sadar menjadikan dirinya contoh nyata untuk ditiru oleh anak didiknya, maka dia akan selalu menjaga sikap dan sifat dalam kesehariannya, disiplin akan selalu di tanamkan dalam jiwanya agar anak didiknya ikut disiplin. Karena hakikat pendidik benar kata Ki Hajar Dewantara "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani". 
Di depan memberikan teladan, ditengah membangun kemauan dan di belakang memberi dorongan, jadi menurut saya pendidik akan selalu ingat bahwa apa yang dilakukan dirinya akan di tiru oleh anak didiknya. Jangan hanya menyuruh anak didik untuk sopan santun selama dirinya masih tak mengenal tata krama, jangan meminta anak taat pada peraturan selagi masih suka melanggar ketentuan.
Jadi siapapun kita saat ini hendaknya jadikanlah diri kita sebagi Pendidik generasi yang akan datang, jangan cuma jadi pengajar yang hanya sekedar menggugurkan kewajiban.
Terakhir saya mohon maaf apabila tulisan ini tidak beraturan dan kurang mengena. Ini hanyalah curahan hati yang sedang coba untuk menumpahkannya lewat tulisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar