Selasa, 10 Februari 2015

KEBERANIAN
Jauh di dalam jasad manusia ada segumpal darah yang disebut hati, dan semua tahu bahwa apabila hati baik maka akan keluar yang baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Namaun apakah benar cuma itu yang akan menjadikan manusia baik ?
Apakah kita tahu kalau hati kita baik ? Apakah orang lain akan dengan mudah mengatakan hati kita baik saat kita bisa memperlakukan mereka dengan baik ? Apakah baik hati namanya jika kita melakukan kebaikan dengan mengharapkan imbalan ? Lalu bila jawaban dari itu semua  benar, maka satu pertanyaan muncul, dimana posisi akhlak ?
Yang kita ketahui bersama alangkah bagusnya kita apabila pikiran, ucapan dan perbuatan kita baik, mungkin dalam bayangan kita tidak akan ada lagi perselisihan dan pertikaian karena semua dari kita sama-sama berpikir, berucap dan berbuat baik, sangat elok bila semua bisa melakukan itu. Tapi apakah di antara kita sadar bagaimana cara kita agar bisa seperti itu ? Akan adakah pikiran, perkataan, dan perbuatan baik kita nampak jika kita tidak berani melakukan itu semua ?
Orang sekeliling kita tidak akan pernah tahu hati kita baik apabila kita tidak berani melakukan berpikir, berkata dan berbuat baik. Jadi jelas masalahnya adalah apakah kita berani melakukan kebaikan atau tidak, mulai dari berpikir, berkata dan bertindak.
Belum akan bisa dikatakan hati kita baik meskipun kita terlihat melakukan kebaikan dan baik hati menurut orang lain, apabila dalam melakukannya masih di ikuti sifat sombong, angkuh dan riya dan bahkan ingin dipuji orang lain, apalagi dengan mengharapkan imbalan. Hati yang baik tidak pula bisa tertukar dengan baik hati, karena hati yang baik erat kaitannya dengan ruhiyah dan hubungan kita dengan Allah (Habluminalloh) sementara baik hati sangat dekat hubungannya dengan hubungan antar sesama manusia (Hablumminannaas) karena baik hati orang  lain dapat menilainya.
Alangkah bagusnya jika kita bisa membuat hati kita baik dan bisa baik hati kepada orang disekeliling kita, Tapi apakah akan terwujud hal itu bila kita tidak berani melakukannya atau minimal tidak berani mencobanya ? jadi jelaslah bahwa posisi berani dan keberanian untuk melakukan itu adalah yang pertama sebelum baik hati dan hati kita menjadi baik.
Keberanian itu tidak akan muncul di dalam hati apabila akhlak kita memang tidak baik, karena akhlak adalah yang paling utama yang menggerakkan hati manusia, karena akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Maka hati akan tergerak menjadi berani dan baik apabila akhlak kita sudah baik.
Wallohu ’a lam bisshowab,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar